Kelas Inspirasi Yogyakarta #3

Wajah-wajah penasaran itu begitu menggelitik. Tingkah-tingkah polos yang tanpa sadar membuat senyum tersungging melukis wajah-wajah para inspirator. Tak sabar rasanya ingin segera bercakap banyak dengan mereka. Walaupun perasaan dag-dig-dug makin lama bukannya makin anteng tapi semakin membuat ciut nyali.

Hari itu kami datang. Menemui mereka. Untuk belajar dari mereka. Jarak tak jadi alibi untuk mengundurkan diri. Semoga benar-benar bisa menginspirasi.

13 inpirator dari berbagai profesi menyambangi bocah-bocah penerus bangsa yang kelak akan membuat penduduk dunia menganga. 13 inspirator datang untuk sedikit membuka jendela tentang banyaknya cita-cita yang bisa mereka raih kelak. Namun tanpa dinyana, mereka pun sudah hebat dalam merangkai cita-cita. Tak melulu jadi dokter, tapi ada juga yang ingin jadi hakim, pemadam kebakaran, arsitek, pedagang besar, atlet catur dunia dan cita-cita keren lainnya.

Seperti para inspirator harapkan, bahwa para inspirator juga akan belajar dari mereka, bocah-bocah penuh mimpi ini. Seperti Fajar yang dengan segala keterbatasannya sudah menjadi juara pertama catur tingkat provinsi. Atau pinky yang baru saja ditinggal ayahnya menghadap sang Pencipta namun tetap begitu ceria. Dan juga dibuat terharu oleh Adit, yang menangis karena pesawat cita-cita yang ingin dia tunjukkan ke ibu nya di rumah nanti ternyata hilang.

Mereka begitu istimewa. Dari pelosok Jogja mereka bermimpi. Tak sabar suatu hari melihat mereka menjadi kebanggaan negri.

Leave a comment